Foto: Sius UN Water
Resan.id-- Air adalah komponen penting yang sangat dibutuhkan semua makhluk hidup di muka bumi. Dalam khasanah ilmu Jawa air dikenal sebagai salah satu unsur dasar dari kehidupan (avatar), yakni 'bumi, geni, banyu lan angin' (tanah, api, air dan udara).
Kerusakan alam yang memicu perubahan iklim secara global sangat berpengaruh terhadap siklus hidrologi. Banjir, kekeringan, pencemaran air di seluruh dunia berpotensi mengancam kehidupan secara luas.
Pentingnya kesadaran seluruh warga Bumi dalam menjaga air akhirnya membuat Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) mencetuskan momen Hari Air Sedunia tanggal 22 Maret, sehari setelah Hari Hutan Sedunia tanggal 21 Maret. Hutan dan pohon memang tak bisa dipisahkan dari air
Menurut situs PBB, adanya peringatan Hari Air Sedunia merupakan salah satu upaya atau tindakan untuk mengatasi krisis air global. Selain itu, Hari Air Sedunia juga memberikan bantuan kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan air
Koordinasi PBB di bidang air dan sanitasi (UN Water) menetapkan tema Hari Air Sedunia untuk tahun 2024 adalah 'Water for Peace' atau 'Memanfaatkan Air untuk Perdamaian'. Menurut PBB, ada tiga pesan utama Hari Air Sedunia 2024
- Air dapat menjadi alat perdamaian ketika masyarakat dan negara bekerja sama dalam memanfaatkan sumber daya bersama yang berharga ini.
- Air juga dapat memicu dan memperparah konflik ketika akses tidak diberikan dan penggunaan dibagi secara tidak adil.
- Air dapat membawa kita keluar dari krisis. Kita dapat memupuk keharmonisan antara masyarakat dan negara dengan bersatu dalam penggunaan air yang adil dan berkelanjutan. Mulai dari konvensi PBB di tingkat internasional, hingga tindakan di tingkat lokal.
Foto: Istock
Tema 'Water For Peace' Hari Air Sedunia 2024 menyampaikan pesan bahwa air adalah hal yang sangat universal. Air adalah kebutuhan 'prima need' bagi semua makhluk hidup. Kebutuhan manusia tanpa memandang ras, suku, agama, golongan ataupun bangsa.
Momen Hari Air Sedunia menjadi penting, bagaimana seluruh bangsa di dunia bekerja sama untuk menyeimbangkan kebutuhan air bagi semua orang. Dengan dedikasi untuk memastikan tidak ada seorang pun yang tertinggal, untuk menjadikan air sebagai katalis bagi dunia yang lebih damai.
Dalam rangka Hari Air Sedunia, PBB juga membagikan sejumlah informasi tentang fakta-fakta kondisi air di dunia saat ini
- 2,2 miliar orang masih hidup tanpa air minum yang dikelola dengan aman, termasuk 115 juta orang yang meminum air permukaan. (WHO/UNICEF, 2023)
- Sekitar setengah populasi dunia mengalami kelangkaan air yang parah setidaknya selama sebagian tahun (IPCC, 2022).
- Bencana yang berhubungan dengan air telah mendominasi daftar bencana selama 50 tahun terakhir dan menyebabkan 70 persen kematian akibat bencana alam (Bank Dunia, 2022).
Pencemaran air (foto: Istock)
- Perairan lintas batas menyumbang 60 persen aliran air tawar dunia, dan 153 negara memiliki wilayah dalam setidaknya 1 dari 310 cekungan sungai dan danau lintas batas dan menginventarisasi 468 sistem akuifer lintas batas (UN-Water, 2023).
- Hanya 24 negara yang melaporkan bahwa seluruh cekungan lintas batas mereka tercakup dalam perjanjian kerja sama. (PBB-Air, 2021).
Sebagaimana kita ketahui, akses terhadap air adalah hak asasi manusia. Namun, menurut data PBB tadi, 2,2 miliar orang hidup tanpa layanan air minum yang dikelola dengan aman. Dan keadaan ini berdampak buruk bagi kehidupan mereka dan masyarakat luas.
Di wilayah keseimbangan iklim dunia, air juga merupakan jantung adaptasi terhadap perubahan iklim, berperan sebagai penghubung penting antara sistem iklim, masyarakat manusia, dan lingkungan. Jika siklus air terganggu maka akan berdampak secara luas dalam kehidupan. Kejadian bencana alam, banjir, kekeringan, longsor adalah efek langsung dari siklus iklim yang mengalami anomali dan berdampak langsung terhadap sumber daya air
Permasalahan air saat ini juga sangat erat dengan krisis yang harus dihadapi banyak negara di dunia. Kelaparan, kesetaraan gender, kesehatan, pendidikan, mata pencaharian, keberlanjutan (sustainable) dan ekosistem. Dengan sistem tata kelola air yang baik, maka persoalan pelik tersebut bisa diurai dan mendapatkan solusi
Tanpa tata kelola air yang baik, kemungkinan besar akan terjadi peningkatan persaingan antar sektor untuk mendapatkan air dan meningkatnya berbagai jenis krisis air, sehingga memicu keadaan darurat di berbagai sektor yang bergantung pada air.
Water For Peace sebagai tema Hari Air Sedunia 2024, menjadi momen untuk semua pihak beraksi untuk mengatasi krisis air global. Sebuah pemikiran dan tindakan dari seluruh umat manusia di dunia, bahwa tata kelola air yang tepat bisa menjadi katalis perdamaian dunia. Tapi juga sebaliknya, jika krisis air semakin parah, akan menjadi pemicu konflik global. Benar peringatan dari banyak pengamat, bahwa untuk beberapa dekade ke depan, pemicu perang di dunia tak lagi melulu soal minyak, tapi persoalan air.