Menanam Harapan dengan Menjaga Alam
Minggu 11 Februari 2024, Pemerintah Dusun Sumberjo, Karang Taruna Manggar Sumberjo, Pondok Pesantren Al-Hikmah, para relawan, serta Komunitas Resan Gunungkidul melakukan giat penanaman pohon konservasi di Dusun Sumberjo, Kalurahan Karangmojo, Kapanewon Karangmojo. Seperti biasa, kegiatan dimulai pukul 08.30 WIB. Kegiatan pertama adalah reboisasi lingkar alun-alun Sumberjo, dan dilanjut penanaman di kawasan sumber mata air.
Pukul 08.00 WIB, warga berbondong menuju balai dusun. Selang beberapa menit para relawan yang didominasi oleh anak-anak muda beserta Komunitas Resan Gunungkidul tiba di lokasi kegiatan. Pemandangan menyejukkan hati, melihat mereka antusias beraksi menanam pohon.
Pernahkah kalian berpikir, apa yang membangun ambisi masyarakat melakukan aksi mulia ini? Mengingat kembali isu lingkungan saat ini banyak media menyoroti perubahan iklim yang disebabkan oleh global warming maupun greenhouse effect. Tentu, manusialah penyebab masalah itu. Perilaku pro-lingkungan seperti menanam pohon oleh kaum milenial dan gen z, bukankah suatu anomali? Tentu saja tidak, ada faktor-faktor yang mendorong aksi konservasi ini. Giat di Dusun Sumberjo memberi gambaran terkait faktor-faktor yang membangkitkan ambisi masyarakat melakukan aksi lingkungan.
Dari peta tersebut, terlihat bahwa Dusun Sumberjo memiliki potensi sungai yang menyokong kehidupan warga setempat. Debit sungai masih mengalir deras. Bukankah kondisi geografis ini menjadi faktor penting penunjang sendi kehidupan masyarakat? Keberadaan sungai membuat dusun ini subur. Dari namanya saja kita bisa membayangkan betapa suburnya wilayah ini.
Secara etimologi, nama “Sumberjo” berasal dari dua kata yaitu “sumber” dan “rejo”. Dalam bahasa Jawa, “sumber” bermakna mata air atau yang biasa disebut kali maupun belik. Sedangkan kata “rejo” bermakna makmur. Dengan begitu, dapat diartikan bahwa Dusun Sumberjo adalah sebuah dusun yang makmur karena kaya akan sumber air. Lalu, apa saja wujud kemakmuran itu?
Keberadaan sumber mata air tidak terpisahkan dari adanya pohon resan (ficus). Selain menjaga sumber mata air lokal, pohon ini memiliki fungsi ekologis lain seperti menghasilkan oksigen, membuat lingkungan sejuk dan asri, serta mencegah erosi tanah. Dari fungsi ini dapat melahirkan fungsi ekonomi yang bermanfaat bagi warga setempat. Sebagai contoh, kita bisa melihat gambar di bawah ini:
Suasana teduh dan semilir ketika berada di bawah pohon beringin dimanfaatkan warga dengan membuka warung atau angkringan. Tentu hal ini menjadi nilai plus untuk menambah daya tarik konsumen. Terlebih lagi jika warung itu menjadi terkenal karena julukannya “angkringan sor ringin” yang berarti angkringan di bawah pohon beringin.
Selain itu, kondisi subur Dusun Sumberjo juga mendukung potensi wisata. Pemerintah Dusun Sumberjo mengatakan adanya niat baik yang telah dirancang bersama warga untuk membuka bumi perkemahan di area alun-alun Sumberjo. Untuk mengawali hal tersebut, saat ini sudah tersedia balai dusun dan PAMSIMAS yang dibangun sejak 2018 lalu. Selanjutnya, warga mulai menanami area tersebut dengan pohon-pohon konservasi dan pohon-pohon buah. Pohon konservasi ditujukan untuk mempertahankan sumber air (PAMSIMAS) serta sebagai sarana edukasi dalam bumi perkemahan. Kemudian, pohon-pohon buah tak lain sebagai upaya menambah daya tarik masyarakat maupun konsumen.
Dengan demikian, dapat kita pahami bersama bahwa hubungan manusia dengan alam beriringan dengan kebutuhan ekonomi. Seperti kondisi pada Dusun Sumberjo, masyarakat sadar akan pentingnya kelestarian lingkungan karena dengan cara itu akan menyokong kebutuhan ekonomi. Giat penanaman kali ini menegaskan bahwa fungsi ekonomi pohon tidak serta merta karena kayunya yang kokoh bisa dijadikan bahan industri / infrastuktur. Melainkan, kelestarian pohon menjadi sarana edukasi melalui sektor pariwisata.