Pasukan Bronjong Ijo,
Simbol Kesederhanaan Gerakan Resan Gunungkidul
Oleh Edi Padmo
.
Resan.id-- Bronjong adalah alat angkut yang dipasang di sepeda motor atau sepeda kayuh. Biasanya berwana hijau, digunakan untuk mengangkut barang oleh para petani yang akan ke sawah atau ladangnya,. Pemulung, tukang sayur atau pedagang keliling yang lain juga sering menggunakan jasa bronjong untuk mengangkut barang.Nah, teman-teman Resan Gunungkidul menggunakan bronjong ijo ini sebagai salah satu sarana alat angkut dalam aksi mereka. Bronjong digunakan untuk mengangkut bibit pohon yang akan ditanam. Atau mengangkut alat-alat ketika mereka akan mengadakan aksi normalisasi sumber air. Termasuk juga digunakan untuk mengangkut logistik sebagai bekal dalam melakukan giat. Saat digunakan untuk mengangkut bibit pohon, maka ditambahkan paranet untuk melindungi bibit agar tidak rusak terkena angin di perjalanan menuju lokasi giat.
"Bukannya kami tak mau pakai mobil, tapi memang tidak punya," begitu seloroh yang sering teman-teman Resan Gunungkidul sampaikan untuk guyonan pengobat lelah.
Bronjong adalah alat angkut sederhana yang serba guna dan efisien. Dulu sebelum ada kendaraan bermotor, bronjong yang terbuat dari anyaman bambu dipasang di pelana kuda. Biasanya pedagang genting atau gerabah keliling yang menggunakannya. Ketika sepeda onthel/kayuh mulai masuk ke Indonesia, maka bronjong beralih ke boncengan sepeda.
"Gêndhéng....gêndhéng...wuwung...wuwung....." Begitu biasanya pedagang keliling menawarkan dagangannya.
Bronjong adalah alat angkut yang sudah digunakan oleh masyarakat sejak jaman dahulu. Bronjong, alat sederhana, serba guna yang tak lekang oleh jaman. Bronjong adalah simbol dari kesederhanaan.
Layaknya yang coba dilakukan oleh gerakan Resan Gunungkidul dalam giat menanam pohon, merawat mata air, berjejaring dan terus mencari 'sedulur' (saudara). Kami berusaha untuk belajar apapun, termasuk mengartikan tentang nilai-nilai dari 'laku' yang dijalani. Semua itu adalah hal-hal sederhana yang coba untuk dilakukan kembali. Kami berusaha memaknai kembali arti kata 'sederhana' yang saat ini serasa begitu mahal, saat tuntutan jaman menilai banyak hal hanya sebatas dengan takaran 'high' and 'have'.
Bronjong ijo adalah simbol kesederhanaan. Memaknai apa yang coba kami lakukan dalam laku 'ngabekti' (berbakti) kepada alam dan kehidupan. 'Sak isane, sak nyandake, sak tekane', kerelawanan adalah ruh, gotong royong adalah spirit dan paseduluran sebagai pengikatnya.